Wednesday, February 9, 2011

DRIVER SOUND ACER 4732 Z

mendownload MS UAA (Microsoft Universal Audio Architecture (UAA) Bus Driver for High Definition Audio).

silahkan download disini kemudian untuk driver sound xp nya saya menemukan hal yang unik, biasanya saya download dari situs acer gobal (seperti eropa dan lain2), namun halaman acer malaysia sangat unik, menu piihan OS yang di halaman global acer atau acer.co.id tidak terdapat Windows xp tapi di Acer malaysia ternyata ada. coba lihat halaman disini lihat pilihan laptop nya dan kita akan sampai pada asire 4732z yang pada dropdown menuOS nya terdapat windows XP..hopla…bukan main gembiranya saya.

Jika rekan2 kesulitan langsung saja download disini driver XP sound audio nya . Akhirnya pekerjaan saya selesai juga dan customer sangat senang. Jangan lupa install dahulu mS UAA nya hingga device sound nya dikenali baru install Driver XP nya. semoga pengalaman ini dapat membantu rekan-rekan sekalian.

BREAK EVEN POINT ..... my campus task :)

MENENTUKAN BREAK EVENPOINT DALAM SUATU PERUSAHAAN SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA JANGKA PENDEK.

Farah Makis

0608 3050 0368


ABSTRACT

Break even point can be understanded as a situation where the operating company doesnot earn profits or losses, or total revenue is the same as total cost. Break even point existence can determine how much to desire his company’s profits in the periods because by analysis of Break even point ,we can know what level of sales in order not to losses or how many units were sold for a minimum sale of the company is not lossing. Utilization of break even point technique is well for companies that continously operate. In Break even Point, can also be found margin of safety for the company in order to decrease the company’s sales.

BAB I

PENDAHULUAN

1.Latar Belakang

Di era globalisasi saat ini, sebagian besar kegiatan perekonomian dikelola oleh perusahaan baik itu yang dioperasikan berdasar prinsip kapitalis ataupun syariah.

Perkembangan teknologi yang semakin canggih pada era globalisiasi ini, telah menciptakan suatu persaingan pasar yang semakin global bagi perusahaan. Setiap perusahaan yang didirikan pastinya beroperasi untuk mencapai tujuan tertentu. Pada umumnya tujuan utama suatu perusahaan adalah untuk menghasilkan laba. Laba yang dihasilkan inilah yang akan digunakan perusahaan untuk terus bertahan dan dapat mengembangkan aktivitas perusahaannya serta dapat bersaing dalam perekonomian yang semakin ketat.

Untuk mencapai tujuan utama perusahaan, maka perusahaan memerlukan manajemen yang cakap dalam mengelola dan mengambil keputusan yang berguna bagi perusahaan. Salah satu fungsi manajemen adalah planning atau perencanaan. Dengan perencanaan yang baik, maka tugas manajemen akan menjadi lebih baik, karena semua kegiatan perusahaan dapat diarahkan untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan. Perencanaan itu sendiri merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam perusahaan karena perencanaan berpengaruh secara langsung terhadap kelancaran dan keberhasilan perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya.

Penentuan besarnya laba dapat dilihat dari perencanaan tingkat penjualan yang dilakukan setelah dikurangi semua biaya yang dikeluarkan, untuk itu diperlukan evaluasi yang baik untuk menetapkan besarnya perencanaan laba tersebut. Proses penyusunan perencanaan laba memerlukan perhitungan dengan metode tertentu yang merupakan alat evaluasi perencanaan laba. Dari hasil evaluasi tersebut perusahaan akan mendapatkan informasi seberapa jauh kegiatan perusahaan yang harus dilakukan untuk mencapai target laba yang ditentukan.

Untuk dapat mencapai laba yang besar (dalam perencanaan maupun realisasinya) management dapat melakukan berbagai langkah, misalnya :

· Menekan biaya produksi maupun biaya operasi serendah mungkin dengan mempertahankan tingkat harga jual dan volume penjualan yang ada.

· Menentukan harga jual sedemikian rupa sesuai dengan laba yang dikehendaki.

· Meningkatkan volume penjualan sebesar mungkin.

Tetapi perlu diingat dan diperhatikan bahwa ketiga langkah tersebut tidak dapat dilakukan secra terpisah-pisah atau sendiri-sendiri karena ketiga langkah atau faktor (biaya, harga jual, volume produksi) mempunyai hubungan yang erat atau bahkan saling berkaitan. Biaya akan menentukan harga jual, harga jual akan mempengaruhi volume produksi dan volume produksi ini akan langsung mempengaruhi biaya. Analisa break even mempunyai hubungan yang sangat erat dengan program budget, walaupun analisa break even dapat diterapkan dengan data historis, tetapi akan sangat berguna bagi management kalau diterapkan pada data taksiran periode yang akan datangSalah satu metode yang digunakan dalam perencanaan laba adalah dengan menggunakan metode analisis break even point .

Analisis break even point merupakan suatu teknik analisis dimana dalam suatu keadaan operasi perusahaan tidak memperoleh laba dan tidak menderita rugi. Melalui analisis break even point, perusahaan dapat dengan mudah menentukan volume penjualan yang dibutuhkan untuk mencapai tingkat laba yang didinginkan dalam hubunggannya dengan perolehan laba jangka pendek. Syarat perhitungan break even point adalah harus terdapat pengklasifikasian biaya antara biaya variabel dan biaya tetap. Analisis titik impas ini dapat digunakan pimpinan perusahaan untuk merencanakan pada volume penjualan berapakah perusahaan yang bersangkutan tidak memperoleh keuntungan atau menderita kerugian. Dengan mengetahui titik impas ini maka dapat direncanakan tingkat-tingkat volume penjualan yang akan mendatangkan keuntungan bagi perusahaan yang bersangkutan. Akan tetapi masih sedikit perusahaan yang dalam melakukan perhitungan biaya-biaya yang dikeluarkan mengadakan pemisahaan antara biaya variabel dan biaya tetap.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan diatas, maka penulis tertarik untuk menulis tentang bagaimana menentukan break evenpoint dalam suatu perusahaan sebagai alat perencanaan laba jangka pendek perusahaan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi Break evenpoint

Berikut ini adalah beberapa pengertian Break evenpoint yang dikutip dari http://celicarose.wordpress.com/2010/04/30/artikel-akuntansi/

Menurut beberapa ahli :

Break Even Point adalah keadaan suatu usaha yang tidak memperoleh laba dan tidak menderita rugi. Dengan kata lain, suatu usaha dikatakan impas jika jumlah pendapatan atau revenue(penghasilan) sama dengan jumlah biaya, atau apabila laba kontribusi hanya dapat digunakan untuk menutup biaya tetap saja. Dan analisis Break Even adalah suatu cara untuk mengetahui volume penjualan minimum agar suatu usaha tidak menderita rugi, tetapi juga belum memperoleh laba (dengan kata lain sama dengan nol). (Mulyadi,2001:230)

Break Even Point adalah kondisi perusahaan tidak laba dan tidak rugi, dengan mengetahui Break Even Point dimana perusahaan akan meningkatkan penjualan diatas break even point untuk mendapatkan laba dan menghindarkan penjualan dibawah Break Even Point karena akan menderita rugi. (Armila Krisna Warindrani,2006;7)

Break Even Point adalah Posisi dimana perusahaan tidak memperoleh laba dan tidak menderita kerugian. BEP atau titik impas sangat penting bagi manajemen untuk mengambil keputusan untuk menarik produk atau mengembangkan produk, atau untuk menutup anak perusahaan yang profit center atau mengembankannya.(Darsono Prawironegoro&Ari Purwanti,2008:121)

Sedangkan Munawir S (2002) memberikan pendapat bahwa break evenpoint adalah suatu keadaan dimana dalam operasinya perusahaan tidak mendapat atau memperoleh laba atau tidak menderita rugi (total penghasilan= total biaya). Dari beberapa pengertian yang dikemukakan oleh para ahli , penulis menyimpulkan bahwa Break Even Point adalah suatu cara yang mempelajari hubungan keseimbangan antara biaya yang harus dikeluarkan untuk mendapatkan suatu tingkat penjualan sama dengan penghasilan.

2. Kegunaan Break evenpoint

Periansya ( 2009 :28) menyatakan beberapa kegunaan titik pulang pokok (Break evenpoint) adalah sebagai berikut :

“Kegunaan titik pulang pokok antara lain , pertama, menganalisa program otomatisasi dimana suatu perusahaan akan beroperasi secara lebih mekanis dan otomatis dapat mengganti biaya variabel dengan biaya tetap, kedua, menelaah dampak dari perluasan tingkat operasi secara umum, dan ketiga, untuk membuat keputusan tentang produk baru, yang harus dicapai jika perusahaan menginginkan break even point dalam suatu proyek yang diusulkan.”

Menurut Soehardi Sigit,(2002;2), Analisis Break even point dapat digunakan untuk membantu menetapkan sasaran dan tujuan perusahaan.

Manfaat lainnya antara lain :

1. Sebagai dasar atau landasan merrencanakan kegiatan operasional dalam usaha mencapai tujuan tertentu. Jadi sebagai alat perencanaan laba.

2. Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan harga jual yaitu setelah diketahui hasil perhitungannya menurut analisisBreak Even dan laba yang ditargetkan.

3. Sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan yang harus dilakukan oleh seorang manager.

3. Persyaratan Yang diperlukan Dalam Titik Impas

1. Bahwa prinsip variabilitas biaya dapat diterapkan dengan tepat (principle of cost variability is valid)

2. Bahwa biaya biaya yang dikorbankan harus dapat dipisahkan menjadi dua kelompok biaya yaitu tetap dan variabel. Biaya yang sifatnya meragukan harus ditegaskan kelompoknya sehingga akhirnya hanya ada dua kelompok biaya .

3. Bahwa yang dikelompokkan sebagai biaya tetap tsb akan tinggal konstan sepanjang kisaran periode kerja atau kapasitas produksi tertentu, artinya tidak mengalami perubahan walaupun volume produksi atau volume kegiatan berubah. Apabila dihitung per unit biaya tetap ini berarti akan semakin menurun dengan meningkatnya volume produksi.

4.Bahwa yang dikelompokkan sebagai biaya variabel itu akan berubah sebanding dengan perubahan volume produksi, yakni meningkat atau menurun sebanding dengan perubahan volume produksi. Dengan demikian, biaay variabel itu akan tetap sama bila dihitung per unit, berapapun jumlah unit barang yang diproduksikan.

5. Bahwa harga jual per unit barang itu akan tetap, tidak naik atau turun berapa saja unit yang terjual. Harga per unit tidak akan menurun walaupun volume penjualan meningkat, dan sebaliknya volume penjualan tidak akan mempengaruhi harga jual atau harga pasarnya. Persyaratan ini berlaku bagi pasar barang yang bersaing sempurna dimana perusahaan secara individual tidak dapat memengaruhi harga pasar.

6.Bahwa tingkat harga umum tidak akan mengalami perubahan selama kisaran tertentu yang dianalisis.

7. Bahwa perusahaan yang bersangkutan hanya menjual dan memproduksi satu jenis barang saja.

8. Bahwa produktivitas tenaga kerja pada perusahaan yang bersangkutan akan tinggal tetap atau tidak berubah.

9. Bahwa dalam perusahaan yang bersangkutan harus ada sinkronisasi antara volume produksi dengan volume penjualan , artinya bahwa barang yang diproduksi mesti terjual semua periode yang bersangkutan (tidak ada sisa atau persediaan).

4. Kelemahan Analisis Break evenpoint

1. Asumsi yang menyebutkan harga jual konstan padahal kenyataannya kadang kadang harga ini harus berubah sesuai dengan kekuatan permintaan dan penawaran di pasar. Untuk menutupi kelemahan itu, maka harus dibuat analisis sensitivitas untuk harga jual yang berbeda.

2.Asumsi terhadap cost.Penggolongan biaya tetap dan biaya variabel juga mengandung kelemahan. Dalam keadaan tertentu untuk memenuhi volume penjualan biaya tetap tidak bisa tidak harus berubah karena pembelian mesin-mesin atau peralatan lainnya. Demikian juga perhitungan biaya variabel per unit juga akan dapat dipengaruhi per ubahan ini.

3.Jenis barang yang dijual tidak selalu satu jenis.

Bahwa hanya ada satu macam barang yang diproduksi atau dijual dan apabila produk yang dijual lebih dari satu macam maka kombinasi penjualannya akan tetap konstan.

4.Biaya tetap juga tidak selalu tetap pada berbagai kapasitas.

Kelemahan lain dari analisa break evenpoint adalah jangka waktu penerapannya mempunyai jangka waktu terbatas, biasanya hanya digunakan didalam pembuatan proyeksi operasi perusahaan selama setahun apabila perusahaan mengleuarkan biaya untuk advertansi ataupun biaya lainnya yang cukup besar dimana hasilnya tidak akan terlihat dalam waktu yang dekat, sedangkan operating cost sudah meningkat, maka akibatnya jumlah pendapatan yang harus dicapai break evenpoint agar dapat menutupi semua biayabiaya operasi yang bertambah besar juga.

5.Biaya variabel juga tidak selalu berubah sejajar dengan perubahan volume.

Tingkat penjualan yang melewati suatu titik tertentu hanya akan dicapai dengan jalan menurunkan hharga jual per unit. Hal ini bisa saja disebabkan karena menurunkan harga jual per unit.

BAB III

PEMBAHASAN

Penentuan Tingkat Break-even

Untuk dapat menentukan tingkat break even, maka biaya yang terjadi harus dapat dipisahkan menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap tidak berubah dalam range output tertentu, tetapi untuk setiap satuan produksi akan berubah-ubah sesuai dengan perubahan produksi. Semakin besar hasil produksi, maka biaya tetap persatuan aan semakin kecil, sebaliknya semakin rendah hasil produksi maka biaya tetap persatuan akan semakin besar. Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya akan naik turun sebanding dengan hasil produksi atau volume kegiatan, tetapi untuk setiap satuan produksi akan tetap. Pemisahan biaya variabel dan biaya tetap dalamm praktek biasanya bukan merupakan masalah yang mudah.

Perhitungan untuk menentukan luas operasi pada tingkat break even dapat dilakukan dengan menggunakan suatu rumus tertentu, tetapi untuk menggambarkan tingkat volume dengan labanya maka diperlukan grafik atau bagan break even. Dengan demikian tingkat break even dapat ditentukan dengan dua pendekatan, yaitu pendekatan matematis dan pendekatan grafis.

Dimisalkan dari perusahaan “Denie” yang memproduksi barang-barang “x” yang mempunyai kapasitas produksi 240.000 satuan, data budget untuk tahun 1979 adalah sebagai berikut:

firma.DENIE

Budget laba-rugi

tahun 1979

budget penjualan (200.000 unit @Rp 250)

Rp50.000.000

budget biaya

tetap

variabel

bahan langsung

Rp9.000.000

Tenaga kerja Lgsg

Rp10.000.000

BOP

Rp7.000.000

Rp3.000.000

Biaya Adm

Rp6.000.000

Rp1.000.000

Biaya distribusi

Rp5.000.000

Rp3.000.000

jumlah

Rp18.000.000

Rp26.000.000

Rp44.000.000

laba yang dibudgetkan

Rp6.000.000

Dalam keadaan break even labanya adalah nol; maka dengan membagi jumlah biaya tetap dengan margin per satuan barang akan diperoleh jumlah satuan barang yang harus dijual sehingga perusahaan tidak menderita rugi maupun memperoleh laba.

Rumusan untuk menentukan jumlah penjualan minimal yang harus dicapai agar perusahaan mencapai break even dapat ditentukan sebagai berikut:

Break even = biaya tetap

Margin per satuan barang

Atau

Biaya tetap

Harga jual per satuan – biaya variabel per satuan

Hal ini dapat pula ditentukan dengan perhitungan sebagai berikut :

Y = cx – bx – a

Dimana :

y = laba

c = harga jual per satuan

x = jumlah produk yang dijual

b = biaya variabel per satuan

a = biaya tetap

data pada perusahaan Denie diatas, maka jumlah barang yang harus dijual agar perusahaan mencapai break even adalah :

Rp 18.000.000 = 150.000 satuan

Rp 250 – Rp 130

Budget Rugi-laba dari perusahaan “Denie” tersebut di atas dapat diringkaskan sebagai berikut :

Penjualan (200.000 @Rp 250) = Rp 50.000.000 = 100%

Jumlah biaya variabel =Rp 26.000.000 = 52%

Margin income =Rp 24.000.000 = 48%

Total biaya tetap = Rp18.000.000 = 36%

Laba = Rp 6.000.000 = 12%

Data dari budget tersebut dapat diketahui bahwa :

1. Setiap penjualan sebesar Rp 100 maka Rp 52 merupakan biaya variabel (hasil penjualan yang diserap oleh biaya variabel), jika perusahaan tidak berproduksi (berhenti), maka biaya variabel ini tidak akan timbul. 52% adalah ratio antara biaya variabel dengan hasil penjualan yang disebut juga “Variable Cost Ratio”.

2. Setiap penjualan sebesar Rp 100 maka yang dapat digunakan untuk menutup biaya tetap sebesar Rp 48 atau 48%, biaya tetap ini akan selalu timbul dalam jumlah yang tetap baik perusahaan berproduksi maupun tiak. 48% merupakan ratio antara margin dengan hasil penjulan

­­­­­ Break even (dalam satuan) = biaya tetap

Harga jual per satuan – biaya variabel per satuan

Yang disebut marginal income ratio atau P/V ratio yang memberikan informasi bahwa 48% dari penjualannya tersedia untuk menutup biaya tetap dan laba.

Break even dalam rupiah penjualan = Biaya tetap

Marginal Income Ratio

Marginal income ratio adalah ratio antara marginal income dengan hasil penjualannya, sedangkan merginal income adalah selisih antara hasil penjualan dengan biaya variabel, atau dengan cara lain marginal income ratio dapat dituliskan sebagai berikut:

M I R = Hasil Penjualan – Biaya Variabel

Hasil Penjualan

= Hasil penjualan - Biaya Variabel

Hasil Penjualan Hasil Penjualan

= 1 – Biaya variabel

Hasil Penjualan

dengan demikian untuk menentukan penjualan pada tingkat break even (dalam rupiah hasil penjualan) dapat pula ditentukan dengan rumus:

Break even (dalam rupiah hasil penjualan) =

Dari data perusahaan Nurviati &Co tersebut, maka tingkat penjualan yang harus dicapai agar perusahaan tidak enderita rugi maupun memperoleh laba adalah :

18.000.000 / 1- (26000.000/50.000.000) = 37 500.000

Untuk menuntukan jumlah satuan barang yang harus dijual agar perusahaan mencapai break even dapat pula ditentukan dengan membagi hasil penjualan pada tingkat break even dengan harga jual per satuan Rp 250 perusahaan tidak akan memperoleh laba, tetapi juga tidak akan menderita kerugiaan, hal ini dapat dibuktikan sbb :

Penjualan .............................................................................. Rp.37.500.000

Biaya Tetap..............................................Rp. 18.000.000

Biaya Variabel

52 % x Rp. 37.500.000 Rp. 19.500.000

Rp. 37.500.000

Laba.......................................................................................Rp. 0

Dengan demikian , kalau perusahaan merencanakan untuk memperoleh keuntungan/ laba tertentu, maka perusahaan harus mampu menjual barangnya sebanyak lebih dari 150.000 satuan dengan harga Rp 250,- /satuan (Rp.37.500.000) . misalnya dalam tahun 1979 direncanakan laba sebesar Rp.1.800.000 maka penjualan yang harus dilakukan untuk mencapai laba tersebut adalah :

Rp.18.000.000 + Rp.18.000.000 = Rp. 41.250.000 = 165.000 satuan

0,48

Pembuktian :

Penjualan .................................................................... Rp 41.250.000

Biaya tetap..............................Rp.18.000.000

Biaya variabel

52 % x 41.250.000 Rp.21.450.000

Rp 39.450.000

Laba......................................................................... Rp.1.800.000

Grafik Break-even

Dalam penentuan titik break even dapat pula dilakukan dengan grafik atau bagan, dengan grafik break even management akan dapat mengetahui antara biaya, penjualan (volume penjulan) dan laba. Disamping itu, dengan grafik break even management dapat mengetahui besarnya biaya yang tergolong biaya tetap dan biaya variabel dan dengan grafik break even pula management akan dapat mengetahui tingkat-tingkat penjualan yang sudah menimbulkan laba; atau besarnya rugi atau laba pada suatu tingkat penjualan tertentu.

Pembuatan grafik break even sebaiknya digunakan kertas grafik sehingga dapat diperoleh suatu titik break even atau titik-titik lain yang digunakan secara tepat.

volume

penjualan

biaya tetap

biaya

jumlah

laba /rugi

variabel

biaya

10000

2500000

18000000

1300000

19300000

-16800000

20000

5000000

18000000

2600000

20600000

-15600000

30000

7500000

18000000

3900000

21900000

-14400000

40000

10000000

18000000

5200000

23200000

-13200000

50000

12500000

18000000

6500000

24500000

-12000000

60000

15000000

18000000

7800000

25800000

-10800000

70000

17500000

18000000

9100000

27100000

-9600000

80000

20000000

18000000

10400000

28400000

-8400000

90000

22500000

18000000

11700000

29700000

-7200000

100000

25000000

18000000

13000000

31000000

-6000000

110000

27500000

18000000

14300000

32300000

-4800000

120000

30000000

18000000

15600000

33600000

-3600000

130000

32500000

18000000

16900000

34900000

-2400000

140000

35000000

18000000

18200000

36200000

-1200000

150000

37500000

18000000

19500000

37500000

0

160000

40000000

18000000

20800000

38800000

1200000

170000

42500000

18000000

22100000

40100000

2400000

180000

45000000

18000000

23400000

41400000

3600000

190000

47500000

18000000

24700000

42700000

4800000

200000

50000000

18000000

26000000

44000000

6000000

Dari tabel tersebut, dapat digambarkan grafik break even (gambar 7-1) dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1) Pertama-tama garis biaya tetap digambarkan sejajar dengan sumbu horizontal, yang digambarkan pada titik sejumlah Rp 18.000.000 pada sumbu vertikal.

2) Garis jumlah biaya digambarkan mulai dari titik biaya tetap pada sumbu vertikal atau dengan menggambarkan biaya variabel dari titik biaya tetap tersebut ke kanan sampai pada jumlah Rp 49.200.000 yaitu jumlah biaya pada kapasitas 100%; (240.000 x Rp 130 + Rp 18.000.000)

3) Garis penjualan digambarkan mulai titik nol pada pojok kiri bawah menuju pojok kanan atas atau sampai pada jumlah Rp 60.000.000 yaitu jumlah penjualan pada kapasitas 100%.

Text Box: LABAText Box: RUGI

BEP

Dengan melihat grafik break even yang nampak dalam gambar 7-1 dapat diketahui bahwa titik break even terjadi pada suatu titik di mana terjadi perpotongan antara garis penjualan dengan garis jumlah biaya; dari titik perpotongan tersebut bila ditarik ke kiri diketahui tingkat penjualan (dalam rupuah) minimal yang harus dicapai serta biaya yang terjadi; sedangkan apabila ditarik ke bawah diketahui jumlah penjualan (dalam satuan) yang harus dicapai. Selain itu, tentang besarnya laba atau rugi pada berbagai tingkat penjualan, misalnya pada tingkat penjualan 100.000 satuan atau 200.000 satuan maka dengan mudah dapat diketahui besarnya kerugian atau laba dengan menarik garis penjulan dan garis jumlah biaya ke kiri dari tingkat penjualan 100.000 satuan dan 200.000 satuan (lihat gambar 7-1).

Margin Of Safety (MarginKeamanan)
Margin of safety in breakeven point analysis is how much output or sales level can fall before a bussiness reaches its breakeven point (wikipedia.org).Analisis impas memberikan informasi mengenai berapa jumlah volume penjualan minimum agar perusahaan tidak menderita rugi.

Jika impas dihubungkan dengan angka pendapatan penjualan yang dianggarkan atau pendapatan penjualan tertentu, akan diperoleh informasi berapa volume penjualan yang dianggarkan atau pendapatan penjualan tertentu boleh turun agar perusahaan tidak menderita rugi.
Margin of safety atau margin keamanan merupakan kelebihan penjualan yang dianggarkan atau realisasi di atas volume penjualan pada Break Even Point. Hasil perhitungannya menunjukkan jumlah seberapa besar penjualan dapat turun sehingga sampai pada Break Even Point. Perhitungannya dapat dinyatakan dalam satuan unit,satuan uang,dan presentase.

Rumus margin of safety :

Dari data perusahaan Denie maka margin of safety perusahaan tersebut tahun 1979 dapat dikatakan sbb :

Rp 50.000.000 x 100 % = 133,33 %

Rp.37.500.000

Rp.50.000.000 – Rp 37.500.000 X 100 % = 25 %

Rp. 50.000.000

Hal ini berarti bahwa tingkat penjualan untuk perusahaan tersebut tidak boleh turun lebih dari 25 % dari penjualan yang direncanakan, atau 33,33 % dari tingkat penjualan break even yang telah ditentukan agar perusahaan tidak menderita rugi. Margin of safety penjualan tersebut, bila dinyatakan dalam hasil penjualn atau jumlah satuan penjualan untuk tahun 1979 adalah :

1. 33,33 % x Rp.37.500.000 = Rp.12.500.000 atau 50.000 satuan

2. 25 % x Rp. 50.000.000 = Rp.12.500.000 atau 50.000 satuan .

Suatu perusahaan yang mempunyai margin of safety yang besar adalah lebih baik bila dibandingkan dengan perusahaan yang mempunyai margin of safety yang rendah, karena margin of safety menunjukkan indikasi atau memberi gambaran kepada manajemen tentang berapakah penurunan penjualan yang dapat ditorelir sehingga perusahaan tidak menderita rugi tetapi juga belum memperoleh laba.

Akibat Perubahan Berbagai Faktor

Salah satu aspek yang penting dalam analisa Break Even Point bahwa adanya perubahan dalam satu faktor atau lebih yang mempengaruhi analisa, dapat diadakan penilaian atau evaluasi. Faktor-faktor yang dapat berubah dalam hubungannya dengan analisa Break Even Point antara lain biaya tetap, biaya variabel, harga jual maupun komposisi penjualan (salesmix).

a.Perubahan Biaya Tetap
Perubahan jumlah biaya tetap akan mengakibatkan perubahan jumlah biaya secara keseluruhan pada berbagai tingkat penjualan akan berubah pula, dengan perubahan jumlah biaya maka besarnya penjualan pada tingkat Break Even Point akan berubah pula.


b.Kenaikan Biaya Variabel
Dengan adanya kenaikan biaya variabel maka jumlah biaya juga akan berubah begitu pula besarnya penjualan pada tingkat Break Even Point juga akan berubah. Management perusahaan dalam usahanya untuk meningkatkan penghasilan (penjualan) yang akhirnya diharapkan untuk menaikkan keuntungan dapat dilakukan dengan menaikkan harga jual. Tetapi harus diperhatikan dan perlu diadakan penelitian pasar akibat adanya kenaikan harga jual tersebut, sebab dengan adanya kenaikan harga jual dapat mengakibatkan penurunan volume penjualan yang akhirnya juga mengakibatkan perubahan besarnya Break Even Point.

c.Perubahan Komposisi Penjualan
Analisa Break Even Point atau analisa biaya, volume dan laba yang diuraikan di muka selalu diterapkan untuk satu macam barang atau dengan anggapan bahwa perusahaan hanya memproduksi dan menjual satu macam barang atau secara total. Apabila komposisinya berubah maka Break Even Point-nya secara total akan berubah pula.

BAB IV

KESIMPULAN

Break Even Point adalah suatu keadaan dimana perusahaan dalam operasinya tidak memperoleh laba dan juga tidak menderita kerugian atau dengan kata lain total biaya sama dengan total penjualan sehingga tidak ada laba dan tidak ada rugi. Hal ini bisa terjadi apabila perusahaan di dalam operasinya menggunakan biaya tetap dan biaya variabel, dan volume penjualannya hanya cukup menutupi biaya tetap dan biaya variabel.

Untuk dapat mencapai laba yang besar (dalam perencanaan maupun realisasinya) management dapat melakukan berbagai langkah :

· Salah satu tujuan perusahaan adalah mencapai laba atau keuntungan sesuai dengan pertumbuhan perusahaan. Untuk mencapai laba yang semaksimal mungkin dapat dilakukan Menekan biaya produksi maupun biaya operasi serendah mungkin dengan mempertahankan tingkat harga jual dan volume penjualan yang ada.

· Menentukan harga jual sedemikian rupa sesuai dengan laba yang dikehendaki.

· Meningkatkan volume penjualan sebesar mungkin.

Dari ketiga langkah-langkah tersebut diatas tidak dapat dilakukan secara terpisah-pisah karena tiga faktor tersebut mempunyai hubungan yang erat dan saling berkaitan. Pengaruh salah satu faktor akan membawa akibat terhadap seluruh kegiatan operasi. Oleh karena itu struktur laba dari sebuah perusahaan sering dilukiskan dalam break even point, sehingga mudah untuk memahami hubungan antara biaya, volume kegiatan dan laba.

DAFTAR PUSTAKA

Jumingan.2006.Analisis Laporan Keuangan.Bumi Aksara:Jakarta.

Munawir. 2004. ANALISA LAPORAN KEUANGAN. Liberti: Yogyakarta.

Jurnal Tehnika Vol.XXV No.1 Agustus 2009


http://www.blogspot.com/windasyafriza

www.wikipedia.org

About Me

My photo
palembang, sumatera, Indonesia
saya kelahiiran palembang 4 maret 1991 ..saat ini tengah menempuh pendidikan di Politeknik Neg.Sriwijaya Palembang Jurusan Akuntansi,,semester Akhir.. saya anak satu satunya dari keluarga saya :) tapi saya berusaha untuk tidak manja, dan sya pun nggk pernah d manja2in ortu , harus bisa mandirii,dari SD pun saya udh pergi sekolah sendiri, hingga sekarang pun bawa kendaraan sendiri. hhehe